Bismillah.
Keputusan diambil, pekerjaan yang sempat tidak diambil karena ada kontrak "menunda menikah selama 1 tahun pertama kerja". Keputusan yang berat, namun harus segera diambil. Bagi yang belum dilamar, akhirnya kembali melamar. Semoga Allah beri jalan dan keputusan yang terbaik... :')
08 Mei 2015; Friday 08.00
Bismillahirrahmaanirrahiim
Pagi ini, cerah menyapa bumi ku bandung, dengan lantunan murottal yang
mengiringiku menuliskan catatan ini.. dalam keadaan hati yang masih saja
terbolak balik sesuai dengan qudratnya.
Banyak yang telah saya alami dan saya baca sesuai dengan apa yang saya butuhkan,
semuanya dalam keadaan sedang menasihati saya untuk terus beriman, tawakkal dan
bersabar. Tak boleh terburu-buru dan harus selalu husnudzon kepada Allah,
apapun yang terjadi. Sungguh tugas kita di dunia adalah taat dan ibadah
kepadaNya. Jangan sampai lalai sedikitpun.
Bahwa segala sesuatu adalah terjadi sesuai kehendakNya yang selalu menjadi
yang terbaik bagi kita, yang menguji iman dan kesabaran kita. Agar kita naik kelas di kehidupan sementara
ini. Baik itu dalam keadaan sendiri atau beramai-ramai, taat harus menjadi
bekal.
Bunyi tasbih serangga turaes di musim yang mulai berubah menjadi musim
panas meski masih saja hujan di bulan Mei, terdengar menyenangkan, membawaku ke
dalam impian berkunjung ke negeri sebrang.
Menikah, kenapa kata ini yang terus mengiang di kepalaku dan hatiku
akhir-akhir ini, mengusik kekhusuanku dan setiap wanita di fase kehidupan yang ini.. setelah selesai studi, mencicipi dunia kerja dan seterusnya.
Menikah dini berbeda dengan menikah muda. Menikah Dini identik dengan ketidaksiapan, sedangkan menikah muda Menikah di usia muda, artinya dua insan yang memang sudah siap dengan jiwa
raga nya untuk melaksanakan ibadah di tahap selanjutnya, tidak hanya sebuah
keinginan tapi berupa sebuah kesiapan, sehingga Allah berikan waktu dan jodoh
yang tepat. Sudah sampai mana kesiapanmu?
Menikah, adalah ibadah yang baik bagi mereka yang sudah Selesai dengan
urusan mereka pribadi, yang sudah selesai dengan masalah-masalah di masa lalu
nya, mereka yang telah berdamai dengan keluhan-keluhan masalalu, mereka yang
siap mengaktualisasikan diri dan berbagi dengan orang lain,terutama partner
hidup selama-lamanya, untuk laki-laki dia sudah siap mendidik seorang isteri, untuk perempuan dia siap dididik dan mendidik anak, mereka yang siap membangun peradaban baru bersama
pasangan hidupnya. Ya mereka lah yang diberi karunia oleh Allah berupa
pernikahan, bahtera baru untuk berlayar bersama.
Sudah sejauh mana persiapanmu? Sudahkah kau selesai menaklukkan ego dirimu
sendiri?
Pertanyaan sederhana,
Sudah selalu ontime kah
sholatmu?
Sudah rutin dan menjadi
kebutuhankah tilawahmu?
Bagaimana dengan shaum sunnahmu?
Apakabar tahajjudmu di tengah
malam?
Bagaimana shadaqohmu?
Sudah terbahagiakankah
sekelilingmu di rumah?
Bagaimana akhlaqmu?
Begitulah mandiri nya seseorang dalam ibadahnya sendiri. Bagaimana mengaku
siap berumahtangga bila diri sendiri masih menjadi masalah utama, sedangkan
nanti akan ada perhatian baru yang memerlukan kita. Sedikit demi sedikit perbaikilah, sehingga
kelak pasanganmu dan dirimu tidak terlalu berat untuk mengingatkanmu untuk ini
dan itu, tapi fokus membangun peradaban ke depan.
Uh, tercambuk diri ini. Malu rasanya. Astagfirullah, ampuni hamba ya Allah,
yang memalingkan perhatian pada sesuatu yang tidak haqiqi, sedangkan perhatian
untuk mencari keridloanMu adalah kebutuhanku yang sebenarnya. Ampuni hamba.
Hamba berdoa, segerakan perbaikan kehidupanku ya Allah, sungguh hamba
memerlukan bantuanMu selalu. Ya Allah, tuntunlah aku selalu untuk mengingatMu,
seal bersyukur dan beribadah sebaik-baiknya padaMu.
Bimbing hamba selalu ya Rabb, anugerahkan padaku suami yang sholeh dan
keturunan yang menjadi permata hati dan penyejuk mata, dan jadikan kami imam
untuk orang-orang yang bertaqwa. Suami yang melebihiku dalam segala kebaikan,
dan bersabar menuntun dan mendidikku, yang memberikan rasa cinta dan sayang,
sehingga kesyukuranku padaMu menjadi semakin besar lagi dan lagi. Aamiin.